NIMBRUNG BENTUK AWAL PERSIAPAN
“Akar dari Teori dan Pengalaman yang Pahit akan Berbuah Manis”
Familiarnya aneka buah impor dikalangan masyarakat berakibat pada tertinggalnya tanaman buah impor yang tumbuh di lingkungan sekitar. Gengsinya untuk mengkonsumsi dan penggunaan buah impor untuk sarana sesaji merupakan salah satu factor pudarnya potensi untuk mempertahankan, melestarikan serta mengembangkan tanaman buah yang multi guna. Berawal dari keprihatinan akan hal itu, kami (I Wayan Sukadana,I Komang Kamartina, Agus Koriana, dan I Kadek Sumawa) duduk di teras kecil di jalan Pulau Singkep untuk membahas hal itu dan mencoba untuk menggali ide dari teman-teman. Istilahnya “sharing”. Beberapa menit kemudian, muncullah ide untuk menanam dan mengembangkan serta membudidayakan tanaman alternative yang cocok akan vegetasi alam Nusa Penida. Ide dari tanaman itu antara lain: Gaharu, Srikaya, & Nanas. Berbekal rasa ingin tahu yang lebih banyak mengenai varietas tanaman tersebut, kami bersama teman – teman disarankan untuk melakukan study Tour ke Singaraja oleh Pak Wayan Sukadana.
Study Tour merupakan kegiatan yang bagus untuk memperkaya ilmu secara nyata. Kami pun segera menjadwalkan kegiatan tersebut pada hari Minggu, 19 Mei 2012. Melihat kesibukan dari teman-teman, kami menanyakan tentang kesediaan pada hari tersebut. Astungkara, teman-teman menyetujuinya. Supaya kegiatan yang direncanakan berjalan dengan baik dan lancar, kami menyarankan saudara Komang Kamartina sebagai koordinator lapangan untuk mengikut sertakan teman-teman yang ada di Denpasar. Sementara Wayan Karta mengkoordinir peserta yang ada di Singaraja.
Sabtu sore, tepatnya sehari sebelum kegiatan, kami siap berangkat menelusuri rute rentang Denpasar – Singaraja. Sesampainya di tempat tujuan, kami pun disambut baik oleh Pak Wayan Sukadana & keluarga. Di sana kami bertemu Wayan Karta dan Gede Arnawa. Canda dan gurau semakin hangat seiring larutnya malam dan kami pun bermalam di sana.
RENCANA TIDAK BERARTI TANPA TEORI DAN PENGALAMAN
07.00 WITA (Breakfast and Hot Spring)
Aroma kopi dan jajanan Bali membangunkan kami dari tidur nyenyak untuk menyambut sang mentari. Sadar akan pentingnya olah raga pagi, kami pun tidak mau melewatkan hal itu untuk melakukan peregangan jari dan pikiran sembari mencairkan suasana dengan canda (walekan) khas kami. Waktu telah menunjukkan pukul 07.00, dan kami segera bergegas untuk mandi di permandian AIR PANAS yang berlokasi di Banjar, yang hanya 1 Km dari tempat kami menginap. Setibanya di lokasi, kamipun tidak menunda-nunda waktu untuk segera nyebur di kolam kehangatan. Badan kami yang tadinya kedinginan (ga sampai membeku sih) seketika mencair menjadi hangat.
Mengingat kreatifitas temen-temen yang cukup tinggi, kami melakukan lomba renang antar teman-teman. Suasana tersebut terasa lebih hangat dan sangat berkesan.
Karena terbatasnya waktu kami segera bergegas untuk meninggalkan lokasi dan kembali ke tempat menginap. Bak tamu kehormatan, pagi itu kami dijamu dengan aneka menu yang lezat, serta service yang memuaskan dari pak wayan sukadana dan keluarga. Mereka mempersilahkan untuk menikmati hidangan tersebut sebagai bentuk sarapan pagi. “Ayo silahkan!”,kata Pak Wayan. Kata-kata itu yang sebenarnya kami tunggu dan kami langsung menikmatnya.
09.00 WITA (Wihara)
Brahmavihara-Arama lebih dikenal dengan nama Wihara Budha Banjar merupakan vihara buddha yang terbesar di Bali. Berlokasi di Kecamatan Banjar, Kota Singaraja merupakan tempat pertama yang kami kunjungi.
Disana kami bertemu seorang Bante. Kamipun menjelaskan tujuan kedatangan kami kesana. Beliau sangat bijak menerima kedatangan kami dan memberikan kami pencerahan yang tak ternilai harganya. Pencerahan tersebut sangat bermanfaat bagi kami untuk menuntun kami menjalankan kegiatan selanjutnya. Dalam kesempatan tersebut, permasalahan yang kami pandang perlu untuk mendapatkan solusi dari beliau tidak lupa kami tanyakan. Pencerahan yang kami simak, sontak menyadarkan batin betapa pentingnya mengendalikan pikiran, perkataan dan tindakan kita.
Penceharan telah selesai, kami dan temen-temen tidak melewatkan pemandangan yang indah dan suasana tenang itu untuk “take one ceklek for us” begitu sebutan kami untuk mengabadikan setiap kenangan. Selain pengambilan gambar, kami tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut untuk melakukan yoga sejenak untuk berdoa agar dilancarkan kegiatan kita dan alam semesta ini terselimuti kedamaian.
10.30 WITA (GILA dengan Sang Piunir Cengkeh)
Hampir sejam perjalanan dari Kec, Banjar menuju Desa Uma Jero telah kami tempuh. Hamparan sawah yang membentang memanjakan mata. Areal perkebunan yang hijau menandakan desa ini sangat subur. Komoditas perkebunan desa ini adalah tanaman cengkeh. Tak terasa perjalan kami telah sampai di rumahnya pak Nyoman Witaya. Kami disambut dengan penuh rasa kekeluargaan. Disana kami duduk diteras depan sembari diperkenalkan oleh pak Wayan Sukadana sekaligus menjelaskan tujuan kedatangan kami kesana.
Setelah memahami maksud kedatangan kami, pak Nyoman bercerita banyak tentang pengalamannya sebagai seorang petani cengkeh. Pohon cengkeh yang dulunya beliau bawa dari bogor sekarang telah menghijaukan bukit Desa Uma Jero. Langkah awal yang dilakukan Pak Nyoman yang dulunya menanam Padi dan Kopi beralih menanam Cengkeh. Langkah tersebut ternyata kurang mendapat kepercayaan dari masyarakat sekitar. Setelah beberapa tahun kemudian, ternyata masyarakat mulai menyadari bahwa komoditas Tanaman Cengkeh sangat menjajikan. Hal tersebut terbukti dari system pertanian di desa tersebut, hampir keseluruhannya menggantungkan hidup pada tanaman Cengkeh. Secara tidak langsung masyarakat disana mempunyai peran penting untuk meningkatkan perekonomian serta mampu menyediakan lapangan kerja bagi banyak orang. Maka dari itu seorang Pak Nyoman Witaya sangat sesuai menyandang sebutan Sang Piunir Cengkeh.
Belajar dari pengalaman seorang piunir, kami bersama teman-teman mempunyai sebuah motto dalam melakukan study tour ini. Motto tersebut adalah “GILA” yang merupakan kependekan dari Gali Ilmu Langsung Action. Dengan melakukan kegiatan ini kami bersama teman-teman mempunyai mimpi dan harapan besar untuk mengikuti langkah Sang Piunir. Kami menyadari mimpi dan harapan itu sangat sulit untuk diwujudkan. Kami pun menyadari bahwa keadaan alam Di daerah kami di Nusa Penida tidaklah sama dengan Desa Uma Jero. Sadar akan hal tersebut, Kami mempunyai tanaman alternative yang sepengetahuan kami cocok dengan keadaan suhu di Nusa. Nanas, Srikaya dan Gaharu itulah tanaman alternative yang akan kami action-kan. Dalam kesempatan yang langka ini, kami bertanya banyak tentang tanaman tersebut. Ide tersebut dinilai cocok untuk dikembangkan di Nusa Penida. Selain sharing tentang tanaman cengkeh, beliau juga menyempatkan diri mengajak kami ke pabrik tempat pengolahan daun cengkeh yang jaraknya tidak jauh dari rumahnya. Disana kami melihat secara langsung cara pengolahannya. Disela-sela kegiatan tersebut, tidak lupa dari team kreatif kami untuk mengabadikannya. Mengingat hari sudah semakin sore, kami bergegas pamit untuk melakukan kegiatan selanjutnya.
03.00 WITA (“Tamu” di Sentra Pembibitan)
Leaders (sebutan para pembaca) yang bersemangat, kegiatan ini merupan kegiatan terakhir yang akan kami lewati. Sore itu kami datang sebagai tamu di Sentra Pembibitan dari “CV Flora Dewata“. Pak Gede Tamu adalah pemilik dari sentra tersebut. Beliau sangat care sekali dengan kedatangan kami. Kopi dan Nasi adalah jamuan beliau sebagai wujud kekeluargaanya. Dengan keramahanya, beliau bercerita banyak tentang pengalamannya. Dengan semangat dan keyakinan yang tinggi untuk mewujudkan Buleleng hijau, membuat beliau mengambil langkah pensiun dini sebagai seorang PNS. Keputusan itu tentu didasari dengan rincian usaha yang logis.
Di Sentra yang luas itu, menyediakan berbagai jenis bibit tanaman. Sebelum melihat aneka jenis bibit, kami dan teman-teman bertanya tentang tanaman nanas, srikaya, gaharu dan buah naga. Beliau menjelaskan dari sifat tanaman tersebut sampai dengan keadaan lingkungan yang cocok untuk ditanam secara rinci. Apresiasi dari beliau terhadap semangat dan Ide-ide GILA ,membuat kami semakin yakin untuk melangkah maju. Setelah lama berbincang-bincang, kamipun diajak berkeliling melihat dan mengamati beragam bibit. Tanaman Buah Naga dan Gaharu ternyata berhasil membuat hati kami untuk tertarik mengamatinya lebih lama. Untuk memproleh bibit yang banyak, Pak Gede juga memberikan saran untuk membuat proposal. Dengan Proposal tersebut diharapkan bisa melakukan action yang lebih besar.
Keinginan yang lama untuk belajar disana terhalang oleh sang waktu yang sudah semakin senja. Diakhir obrolam kami, tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih atas segala pemberiannya. Sebagai kenang-kenangan kami diberikan bibit Gaharu 2 pohon setiap anak-anaknya (sebutan tersayang kami sebagai tamunya).
0 Komentar
terima kasih kesediaanya untuk berkomentar, memberi kesan dan saran dari postingan ini!