Di suatu pekarangan rumah hiduplah ayam jantan dengan postur tubuh yang kekar. Ayam itu disebut Si Jago. Selain ayam, masih ada beberapa hewan lain yang hidupnya berdampingan,mereka diantarannya tikus, anjing, kucing, kura-kura, burung dan kodok. Setiap hari kehidupan hewan-hewan tersebut tidak menunjukkan sifat marah dan arogan kecuali ayam jantan.
Di sore hari yang cerah ayam jantan melintasi pintu kaca. Sambil berjalan ia menunjukkan sebagai hewan petarung dengan teman-teman dan hewan lainnya. Ia pun menantang teman-temannya untuk bertarung melawan dirinya. Sadar akan tubuhnya yang kecil, tidak ada satupun hewan lain yang berani melawan tantangan si jago.
Berselang dua meter di depan pintu kaca, dia melihat lawan yang tangguh untuk menantang dirinya. Tanpa berfikir panjang, si jago memanggil dan menantang hewan yang ada di depannya itu. Melihat tantangannya diladeni dengan ekspresi yang sama,si jago mendekat. Amarah si jago semakin meningkat melihat lawannya ikut mendekat seakan segera menantang dan memukul si jago.
Pertarungan sengitpun terjadi, berkali-kali si jago menyerang dan menghantam lawannya namun setiap serangan yang dilakukan, si jago selalu terpental. Dengan sigapnya si jago bangun dan melakukan bermacam trik jitu agar mampu mengalahkan lawannya. Dua puluh menit pertarungan telah dilakukan hingga jengger dan paruh si jago luka berlumuran darah. Meskipun demikian si jago merasa puas karena dia merasa mampu melukai lawannya hingga luka sama seperti nya.
Tidak disadari sudah cukup lama ayam jago itu berjibaku dengan kaca. Diapun tidak menyadari bahwa banyak hewan lain yang menertawakannya. Burung, kodok, anjing dan kucing tertawa terbahak-bahak memandang si jago yang terbilang lucu dan aneh. Sang tikuspun merasa iba akan tindakan yang dilakukan ayam jago. Ia segera memanggil dan menasehatinya “Hei jago, jangan sok kuat! yang kau lawan bukan ayam tandinganmu melainkan bayanganmu sendiri” tegur sang tikus. Si jago pun kaget dan memandang kaca itu “iya,,ya, ternyata yang aku lawan adalah bayanganku sendiri. Betapa bodohnya aku”. Ia pun segera berterimakasih pada sang tikus karena telah menyadarkannya.
Akhirnya ayam jantan tersebut menyadari bahwa ayam yang ada di kaca tersebut adalah bayangannya sendiri. Ia pun tertunduk lesu dan malu ditertawakan teman-temannya dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan yang ceroboh, sombong dan memalukan itu.